Di kampung asal, bisa jadi rumah mereka lebih baik dari tempat tinggal mereka saat ini. Mereka sudah 3-4 tahun bekerja dan membuat pondok dilokasi kebun sawit. Pondok rata-rata berukuran 2x meter. Demi rupiah, mereka meninggalkan rumah, kampung halaman dan keluarga. Apa hendak dikata, di kampung tidak ada lagi rupaiah yang bisa digenggam.
Beberapa di antaranya terpaksa membawa serta anak mereka, tidak sekolah. Tidak kurang dari 50 anak usia sekolah terpaksa ngantuk di pemukiman buruh sawit ini. Aku telah bertemu kepala dinas pendidikan setempat. Sementara ini kami sepakat agar biasa buat sekolah filial disana. Rencananya kami, tahun pertama guru akan disiapkan oleh program yang kubaca, selanjutnya dinas pendidikannya akan programkan pada tahun 2014. Sayangnya perusahaan yang mempekerjakan mereka tidak dapat kami temui, semoga mereka terketuk nantinya.
Tentu kami tidak akan membangun gedungnya, tapi bagaimana proses belajar bisa berlangsung. bukan hanya anak usia sekolah Dasar, anak remaja dan perempuan juga minta dibuatkan kejar paket. Wow, semangat mereka luar biasa. Motivasi mereka sederhana, mereka tidak bercita cita selamanya jadi buruh. Mereka berharap dengan sedikit bekal ijazah kelak bisa hidup dengan dapat pekerjaan lebih baik. bagi arang tua tidak berharap banyak, kecualinya bisa memberi makan anak dan dengan sekolah kanan kelak nasib mereka tidak seperti orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar