Aku baru saja selesai melakukan satu assesmen untuk program PNPM Peduli. Satu dari sekian banyak ceritaku adalah "Jeruk Minum Jeruk." Bakungin, sebuah desa yang terletak dipinggir Kota Kapuas, ibu kota kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Kalau nggak salah, 100 persen penduduknya suku Banjar. Ada tiga ratus kepala keluarga yang mendiami desa itu dan semuanya menerima beras raskin. Yang kumaksud jeruk minum jeruk adalah mereka mendapat pembagian beras padahal mereka petani yang menanam padi dan menghasilkan beras yang kualitasnya jauh lebih baik daripada beras raskin yang mereka terimah. Sebenarnya mereka tidak butuh itu, mereka butuh pupuk untuk sawah mereka yang hasil panennya terus menurun karena tidak bisa membeli pupuk. Seratus persen pendudukanya menanam padi. harga padi yang sangat rendah dan harga pupuk yang selangit membuat mereka "malas" menanam padi. Meraka hanya menanam untuk memenuhi kebutuhan makan selama 12 bulan, kalau butuh rupiah mereka menjual sedikit persediaan padi mereka dan kemudian harus mengencangkan ikat pinggang alis berhemat karena jatah beras telah berkurang, dijual untuk kebutuhan lain.
Kembali ke jeruk tadi. Bisa nggak ya, kebijakan itu dirubah berdasarkan kebutuhan masyarakat miskin. jangan semuanya diseragamkan. Penyebab mereka miskin sangat kompleks sehingga penanganannya juga harus multidimensi. Masyarakat Bakungin merasa pemerintah tidak adil. Satu sisi menekan harga padi agar daya beli masyarakat umum membaik, tapi lupa bahwa saat yang sama pemerintah sudah memiskinkan ratusan orang petani di Bakungin dan mungkin ribuan lagi di desa lain.
Tidak semua orang miskin butuh beras, seperti halnya di Bakungin, mereka lebih butuh pupuk. Tidak heran, bila beras yang meraka terima dijual untuk mendapatkan rupiah. Kalau sudah begii program pemerintah bisa jadi kurang tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar