Rabu, 29 Januari 2014

Layanan Air Unlimited di Hutan Desa Lano



Setiap tempat punya kekurangan dan kelebihan. Desa Lano yang terletak di Kecamatan Jaro Kabupaten Tabalong bisa dibilang desa yang beruntung. Ketika masyarakat ditempat aku kesulitan air, mereka tak perlu menutup kran. Cukup 10 ribu rupiah  perbulan sudah dapat  fasilitas layanan air tak terbatas.

Padeli Ketua Lembaga Hutan Desa Lano menceritakan bahwa masyarakat desanya sudah dapat merasakan manfaat hutan desa. Saat ini, setiap rumah disana sudah mendapat air bersih langsung dari hutan desa. Bukan itu saja, air minum isi ulang juga disediakan dengan harga hanya 3 ribu rupiah per galon, bisa hutang.

“Pak Senny mau cuci mobil?” Padeli coba menggodaku. Aku bingung, apa hubungannya hutan desa dengan cuci mobil, gratis pula. Ternyata, satu lagi layanan lembaga hutan desa Lano adalah tempat cuci mobil dan motor, tak perlu bayar. “Tapi cuci sendiri ya, Pak.”

Meskipun Desa Lano belum mengantongi ijin meteri kehutanan tapi potensi hutan desa sudah dirasakan masyarakatnya. Menurut Ahmadi, fasilitator hutan desa Lano, potensi hutan desa bukan hanya air tapi jasa lingkungan lain juga menjanjikan. Di Hutan Desa Lano terdapat banyak air terjun yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi. Tahun 90-an, air terjun di sana ramai dikunjungi orang, bukan hanya dari Kalsel tapi juga Kaltim. Posisinya yang berada diperbatasan Kaltim dan Kalsel serta dekat dari jalan utama membuat wisata air ini akan menarik. Bahkan, sudah ada beberapa fasilitas yang pernah dibangun pemerintah beberapa tahun lalu tapi tidak dirawat.  

Lano dimataku adalah desa yang menawan dengan segala suberdaya alam yang tetap akan terjaga melalui hutan desa. Lano, berasal dari kata la yang berarti tidak  dalam bahasa arab dan no yang juga berarti sama, namun dalam bahasa Inggris.

Topografi yang berbukit batu kapur membuat airnya yang dihasilkan tak pernah keruh dimusim hujan dan kering di musim kering. Mayoritas penduduknya adalah suku Banjar, penduduk asli Kalimantan Selatan. Seperti banyak tepat di pulau Antasari  ini, masyarakatnya hidup dari kebun karet.

Lano kami kenal melalui Sutisna dari Badan Pengelolah Daerah Aliran Sungai Barito. Dia berharap, lembagaku dapat membantu mereka mengurus ijin agar dapat memanfaatkan potensi desa melalui program hutan desa. Padeli dan Ahmadi Sang pendamping punya mimpi besar lain. Setelah memberikan layanan air bersih kerumah-rumah dan air isi ulang, sekarang mereka berfikir bisnis besar. Menjual air kemasan. Wow, hebat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar